Breaking News

6/recent/ticker-posts

ISI Sumut Napak Tilas Budaya Melayu di Kotapinang

Tarunaglobalnews.com Labuhanbatu Selatan — Dalam upaya menggali kembali sejarah dan memperkuat identitas budaya lokal, Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) Wilayah Sumatera Utara atas kerjasama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah II melakukan studi kebudayaan dengan mengunjungi langsung reruntuhan Istana Bahran di Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Jum'at (18/7).

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian pelestarian warisan sejarah Kesultanan Kotapinang, salah satu kesultanan Melayu paling berpengaruh di pesisir timur Sumatera pada masa lampau. Lokasi kunjungan terletak di Jalan Istana No. 39, Kotapinang, Kecamatan Kotapinang.

Pelestarian Budaya Lewat Kolaborasi Akademik

Kolaborasi antara ISI Sumut dan BPK Wilayah II ini bertujuan untuk mendokumentasikan nilai-nilai sosial, budaya, serta struktur kekuasaan kerajaan Melayu yang kini mulai dilupakan. Studi ini juga diharapkan menghasilkan rekomendasi ilmiah sebagai dasar penyusunan kebijakan pelestarian budaya berbasis kearifan lokal.

Sejumlah akademisi dan peneliti turut hadir dalam kegiatan tersebut, di antaranya:

Rusdi, M.Sos – Ketua ISI Sumut

Ahmed Fernanda Desky, M.Si – Akademisi UINSU

Rahman Malik, M.Sos – Akademisi USU

Camelia Nasution, S.Sos – Pengurus ISI Sumut Bidang Pengabdian dan Pengembangan Masyarakat

Faisal, S.Sos., MM – Akademisi STAI Panca Budi Perdagangan

Istana Bahran : Simbol Kemegahan Kesultanan Kotapinang

Istana Bahran dulunya merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Kotapinang yang dikenal sebagai salah satu kerajaan Melayu terkaya di Sumatera bagian timur. Dibangun oleh Sultan Tengku Makmur Perkasa Alamsyah sultan terakhir Kesultanan Kotapinang istana ini menjadi saksi bisu kemegahan arsitektur dan peradaban Melayu klasik.

Kesultanan ini berakar dari Kerajaan Pinang Awan yang berdiri sekitar abad ke-16. Raja pertamanya, Sultan Batara Gorga Sinombah, merupakan keturunan dari Negeri Pagaruyung, Minangkabau. Awalnya, pusat kerajaan berada di Hotang Mumuk atau Pinang Awan, yang kini menjadi bagian dari Desa Bunut, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Posisi administratif ini mengalami perubahan seiring dengan pemekaran Kabupaten Labuhanbatu menjadi tiga wilayah kabupaten.


Dari Reruntuhan Menuju Relevansi Budaya

Kegiatan studi budaya ini akan berlangsung selama beberapa hari, dengan agenda lanjutan menelusuri situs-situs peninggalan kerajaan Melayu lainnya di Sumatera Utara. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi dasar rekomendasi akademik dan bahan kebijakan pelestarian budaya oleh pemerintah daerah maupun pusat.

"Ini bukan sekadar ziarah sejarah, tapi sebuah langkah strategis untuk membangun fondasi identitas budaya nasional yang bersumber dari nilai-nilai lokal," ungkap Rusdi, M.Sos, Ketua ISI Sumut.

Apresiasi dan Dukungan Pemerintah Daerah

Turut hadir dalam kegiatan ini, Azhar Ramadhani Tarigan, S.ST.,M.T fungsional pengawas Lingkungan Hidup ahli muda Pemkab Labuhanbatu Selatan, yang memberikan apresiasi terhadap inisiatif akademik ini.

"Langkah ini sangat penting, terutama dalam menghidupkan kembali ingatan kolektif masyarakat terhadap warisan sejarah kerajaan. Pemerintah daerah siap mendukung setiap inisiatif pelestarian yang berbasis riset dan kolaborasi,” ujarnya.

Hadir pula Heri Isworo, S.Sos., M.SP, ASN Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, yang juga merupakan alumnus Sosiologi USU angkatan 1988. Ia menekankan pentingnya mengangkat nilai-nilai lokal menjadi potensi ekonomi dan wisata.

"Warisan sejarah seperti Istana Bahran memiliki nilai budaya sekaligus potensi ekonomi. Dengan sentuhan pengelolaan yang tepat, karena sejak pemekaran hingga sekarang tidak pernah tersentuh oleh pemkab, situs ini bisa menjadi destinasi wisata lokal yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar jika dikelola dengan sungguh-sungguh," kata Heri.

Dengan pendekatan ilmiah, partisipatif, dan kolaboratif lintas sektor, ISI Sumut berharap peninggalan sejarah Kesultanan Kotapinang tidak hanya menjadi kenangan masa lalu, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dalam pembangunan sosial dan budaya masa kini. (FS)

Posting Komentar

0 Komentar