Breaking News

6/recent/ticker-posts

TOLERANSI LINTAS AGAMA : APA MASIH ADA?

Gambar Ilustrasi (sumber ist)

TARUNAGLOBALNEWS.COM

Penulis : Ahmad Subhan

OPINI — Islam secara harfiah dimaknai tunduk, patuh, dan pasrah, keselamatan, kemanan dan kedamaian. Jadi, berdasarkan pemaknaan di atas, sebagai seorang muslim dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara harus bisa menjadi pemberi keselamatan, senantiasa menciptakan kerukunan dan memberi rasa aman kepada orang lain, atau yang disebut dengan toleransi. Sikap toleransi yang menjadi sala satu watak sesorang manusia yang harus di implementasikan di tengah kehidupan bermasarakat dimana pun berada. 

MANUSIA DAN REALITAS KEMAJEMUKAN SOSIAL 

Sikap toleransi sangatlah penting untuk kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari di tengah perbedaan suku, budaya, dan agama. Toleransi sebagai sala satu alat pemersatu bangsa untuk meyakinkan semua orang, bahwa kita semua mahluk ciptaan tuhan yang memiliki kedudukan yang sama di hadapannya. Kehadiran toleransi di tengah kehidupan yang penuh dengan kemajemukan dan perbedaan ini, akan menambah rasa persaudaraan kita dengan orang lain. 

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kemanjemukan yang cukup tinggi. Suku, budaya yang cukup beragam dan bahasa daerah yang cukup banyak, maka sangat dibutuhkan sikap toleransi yang diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalamnya. Setiap orang harus saling mengerti dan memahami akan arti perbedaan. Namun fenomena yang terjadi akhir-akhir ini masih banyak terjadi gejolak sosial yang timbul dari akibat kurang bisa menegakkan sikap toleransi, khususnya sikap m antarumat beragama. Toleransi merupakan bagian dari visi teologi islam sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan sosial bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.

KEMAJEMUKAN/KEBERAGAMAN ADALAH SUNATULLAH

Sering kali orang mengatakan bahwa keberagaman merupakan sebuah bencana. Keberagaman akan menimbulkan sebuah ancaman dalam membangun perdamaian. Itulah prespektif yang dominan sering dijadikan pedoman oleh sebagian masyarakat Indonesia, termasuk para pengambil kebijakan, dalam menganalisis konflik yang terjadi. Pemahaman seperti ini yang harus kita rasionalisakan Bersama-sama agar tidak menimbulkan sikap intoleran terhadap kelompok-kelompok yang merasa di diskriminatif.

Keberagaman adalah bentuk dari pada karakter seorang manusia untuk menumbuh rasa persaudaraan dengan orang lain. Perlu kita sadari bahwa pada hakikatnya manusia itu semuanya sama hanya saja, karena mereka di lahirkan dengan berbagai macam kedaan sehingga berdampak pada berlansungan hidupnya. Keberagaman itu sudah menjadi sunnatullah atau ketetapan tuhan, dan sikap kita sebagai manusia harus di terimah dengan hati yang lemah lembut agar orang-orang di samping kita merasa nyaman dengan keberadaan kita.

SIKAP RASULULLAH DALAM MENANGGAPI KEBERAGAMAN DALAM MASYARAKAT

Rasulullah adalah contoh terbaik dalam mengimplementasikan sikap toleransi di tengah keberagaman yang ada. Rasulullah tidak hanya sebagai Nabi, beliau juga kepala keluarga, panglima perang, dan kepala negara. Kedudukan dan kekuasaan yang diperolehnya tidak menjadikannya sebagai orang yang bertindak kasar dan keras. Baginya jabatan hanya hiasan duniawi belaka, akan tetapi semunya akan lenyap Ketika nanti menghadap sang mahakuasa. Kerendahan hatinya yang luar biasa di tengah keberagaman yang ada membuat semua orang mengaguminya, sehingga banyak sekali orang-orang yang menjadi pengikutnya. 

TELADAN RASULULLAH DALAM TOLERANSI

Sebagai Nabi, sikap toleransi yang beliau tunjukkan kadang-kadang di luar dugaan umat manusia. Sikap memaafkan dan bahkan mendoakan orang-orang yang telah berbuat dzolim kepadanya sudah biasa beliau lakukan setiap harinya, tanpa melakukan balasan yang serupa. Setelah wafatnya paman beliau, Abu Thalib, Nabi SAW berkunjung ke perkampungan Thaif. Beliau menemui tiga orang dari pemuka suku kaum Tsaqif, yaitu Abdi Yalel, Khubaib, dan Mas'ud.

Nabi mengajak mereka untuk melindungi para sahabatnya agar tidak diganggu oleh suku Quraisy. Namun, kenyataan pedih yang dialami beliau. Nabi diusir dan dilempari batu oleh kaum Tsaqif. Akibatnya, darah pun mengalir dari tubuh beliau. Menyaksikan kejadian itu, Malaikat Jibril memohon izin untuk menghancurkan kaum Tsaqif karena telah menyiksa Nabi. Namun, apa jawaban Nabi? “Jangan! Jangan! Aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.” Ini merupakan sala satu ahlak Rasulullah yang sangat luar biasa. Tanpa menyimpan rasa dendam, dengan tulus beliau melakukan itu semua hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT.

#Sapari. SE. M.Si

Posting Komentar

0 Komentar