Tarunaglobalnews.com Medan — Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) terus memperkuat literasi digital masyarakat melalui Program Pandu Literasi Digital. Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui kegiatan bertajuk “Bijak Menggunakan Teknologi di Era Digital: Studi Kasus Ibu-Ibu di Medan Bertransformasi Digital” yang digelar di Kafe Anggrek Medan, Selasa (16/12/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (UNIMED), Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si, sebagai narasumber utama. Program Pandu Literasi Digital merupakan inisiatif Komdigi untuk mencetak relawan literasi digital sebagai agen perubahan dalam mengedukasi masyarakat agar cakap, aman, beretika, dan produktif dalam memanfaatkan teknologi digital.
Dalam pemaparannya, Dr. Bakhrul menegaskan bahwa literasi digital tidak hanya berkaitan dengan kemampuan teknis menggunakan perangkat digital, tetapi juga mencakup aspek sikap dan tanggung jawab di ruang digital.
“Literasi digital adalah kemampuan untuk mengevaluasi, menemukan, memanfaatkan, membagikan, dan menciptakan konten digital secara bijak dan bertanggung jawab,” ujar Dr. Bakhrul.
Ia menjelaskan bahwa literasi digital bertumpu pada empat pilar utama, yakni Cakap Digital, Aman Digital, Budaya Digital, dan Etika Digital. Keempat pilar tersebut menjadi fondasi penting agar masyarakat mampu melindungi diri dari hoaks, risiko kejahatan siber, serta penyalahgunaan teknologi.
Menurut Dr. Bakhrul, ibu-ibu memiliki peran strategis dalam memperkuat literasi digital di lingkungan keluarga. “Ibu berperan sebagai pendamping anak dalam penggunaan gawai, penyaring informasi, sekaligus teladan etika digital di rumah,” katanya.
Selain itu, ibu-ibu juga didorong menjadi penggerak literasi digital di lingkungan komunitas dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat sekitar.
Kegiatan ini sejalan dengan komitmen nasional yang ditegaskan oleh Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid, dalam memperkuat literasi digital sebagai bagian dari transformasi digital nasional. Meutya mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan ruang digital Indonesia yang aman, inklusif, dan produktif, khususnya bagi kelompok perempuan dan anak-anak.
Dr. Bakhrul juga mengungkapkan sejumlah tantangan yang masih dihadapi ibu-ibu dalam meningkatkan literasi digital, antara lain keterbatasan akses internet, minimnya pengetahuan teknologi, serta risiko keamanan digital. Oleh karena itu, ia mendorong pelatihan literasi digital yang mudah dipahami, relevan, dan fleksibel.
“Literasi digital menjadi kunci agar ibu-ibu dapat memanfaatkan teknologi secara bijak dan aman, sehingga memberi dampak positif bagi keluarga dan masyarakat,” ujarnya.
Melalui Program Pandu Literasi Digital, Komdigi di bawah kepemimpinan Meutya Hafid terus memperluas jangkauan edukasi literasi digital kepada masyarakat sebagai bagian dari upaya nasional memperkuat kapasitas digital warga Indonesia. (FS)

0 Komentar