Breaking News

6/recent/ticker-posts

Akademisi & Densus 88 Bedah Ancaman Radikalisme di Ruang Digital

Tarunaglobalnews.com Medan – Radio Republik Indonesia (RRI) Pro 1 Medan kembali menghadirkan program Dialog Aspirasi Sumut dengan topik hangat: “Mengenal Metamorfosis Radikalisme di Ruang Digital”. Acara ini berlangsung pada Selasa, 30 September 2025, pukul 08.00–09.00 WIB dan disiarkan langsung melalui frekuensi 94,3 FM serta kanal live streaming RRI Medan.

Dialog ini menghadirkan dua narasumber utama. Pertama, Ipda Kunto Adi Wibowo, S.H., M.H., Kepala Tim Cegah Satgaswil Sumatera Utara Densus 88 AT Polri yang memaparkan dinamika penyebaran paham radikal di dunia maya dan strategi pencegahan yang dilakukan aparat. Kedua, Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si., akademisi Universitas Negeri Medan, yang mengupas perspektif akademik mengenai proses metamorfosis radikalisme, terutama bagaimana ruang digital dimanfaatkan untuk penyebaran ideologi ekstrem.

Acara ini dipandu oleh Ricky Subandi sebagai host, yang membawa jalannya diskusi menjadi lebih interaktif dan mudah dipahami publik.

Dalam paparannya, Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si. menegaskan bahwa fenomena metamorfosis radikalisme di ruang digital tidak hanya berdampak pada aspek keamanan, tetapi juga memiliki implikasi serius terhadap sosial dan budaya masyarakat. Ia menjelaskan beberapa poin penting:

1. Interaksi Sosial: Ruang digital telah menggeser pola komunikasi dari tatap muka menjadi interaksi virtual. Hal ini membuka peluang radikalisme untuk masuk melalui forum daring, media sosial, maupun aplikasi pesan instan yang menyasar kelompok muda.

2. Informasi: Penyebaran narasi radikal berjalan sangat cepat di media digital. Karena itu, literasi digital menjadi kunci utama agar masyarakat mampu membedakan antara fakta, opini, dan hoaks yang sengaja diproduksi untuk memicu polarisasi.

3. Edukasi: Platform digital sejatinya dapat menjadi sarana edukasi positif melalui e-learning, seminar daring, dan konten kreatif. Namun, tanpa penguatan filterisasi dan peran aktif masyarakat, platform yang sama juga bisa dimanfaatkan untuk indoktrinasi ideologi ekstrem.

4. Demokrasi: Digitalisasi membuka ruang partisipasi politik yang lebih luas. Namun, Dr. Bakhrul mengingatkan bahwa jika tidak diimbangi dengan kesadaran kritis, maka ruang digital berpotensi dimanfaatkan untuk politisasi agama, ujaran kebencian, hingga penyebaran radikalisme secara sistematis.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, aparat, media, dan masyarakat dalam membangun ekosistem digital yang sehat, dengan memperkuat literasi digital, menumbuhkan moderasi beragama, serta memperluas ruang kreatif anak muda agar tidak mudah terpapar ideologi intoleran.

Melalui dialog ini, RRI Pro 1 Medan berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih waspada terhadap bahaya laten radikalisme yang bertransformasi seiring perkembangan teknologi informasi. 

Diskusi ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran bersama untuk menjaga ruang digital tetap sehat, aman, dan produktif. (FS) 

Posting Komentar

0 Komentar