Breaking News

6/recent/ticker-posts

Kontroversi Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Fakta Pro Kontra Dampaknya

Tarungalobalnews.com Medan – Rencana penulisan ulang sejarah nasional Indonesia yang digagas Kementerian Kebudayaan menuai pro dan kontra di masyarakat. Hal ini menjadi topik hangat dalam program "Dialog Aspirasi Sumut" yang disiarkan Radio Republik Indonesia (RRI) Medan, menghadirkan Dr. Bahrul Khair Amal, M.Si., akademisi dari Universitas Negeri Medan, Senin (26/05/2025). 

Dalam dialog yang dipandu Loka Ginting tersebut, Dr. Bahrul menegaskan pentingnya memahami penulisan ulang sejarah dari perspektif ilmiah, bukan sekadar subjektivitas penulis. Ia menyebut, sejarah harus berpijak pada peristiwa faktual, kronologis, saksi, dan bukti yang dapat diuji kebenarannya.

“Penulisan ulang sejarah ini bukan untuk kepentingan politik, melainkan sebagai pelurusan terhadap sejarah yang selama ini mungkin belum lengkap atau terdistorsi,” tegas Dr. Bahrul.

Ia menjelaskan, Kementerian Kebudayaan akan melibatkan lebih dari 100 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi dalam proses penulisan ulang sejarah yang direncanakan sebagai hadiah untuk Hari Kemerdekaan ke-80 RI. Penulisan ini akan berbasis pada literatur ilmiah, jurnal, buku rujukan, serta melalui diskusi dan forum kelompok terarah (FGD) untuk menjamin validitasnya.

Dr. Bahrul juga menekankan perlunya sosialisasi hasil penulisan ulang sejarah kepada publik agar masyarakat memahami alasan di balik revisi tersebut. “Kita tidak hanya menimbang, tapi juga memutuskan berdasarkan argumentasi ilmiah. Ini harus disusun secara runtut, runut, dan terukur,” ujarnya.

Terkait kemungkinan kontroversi akibat perubahan narasi sejarah, Dr. Bahrul mengingatkan bahwa publik perlu diberikan pemahaman bahwa sejarah bukan soal persepsi, tapi soal fakta yang dapat diuji. Ia juga menyoroti pentingnya adanya naskah akademik dalam mendukung kebijakan ini agar tidak menjadi produk politik semata.

Terakhir, ia berharap penulisan ulang ini tidak menjadi polemik berkepanjangan, tetapi justru menjadi momentum untuk membumikan sejarah yang objektif dan edukatif bagi generasi mendatang. (FS)

Posting Komentar

0 Komentar