Tarunaglobalnews.com Medan — Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed) menggelar kuliah umum bertema “Lingkungan sebagai Ruang Spiritual dan Ruang Hidup Komunitas Adat” di Ruang Audio Visual, Senin (1/12/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari integrasi pembelajaran mata kuliah Teori Kebudayaan yang diampu oleh Sry Lestari Samosir, M.Sos., yang juga merupakan Fellowship Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan (KBB) 2025.
Kuliah umum dibuka oleh Dr. Hidayat, M.Si., yang menekankan bahwa konteks budaya tidak dapat dipisahkan dari ekologi, spiritualitas, dan hak berkeyakinan. Dalam pemaparannya, Hidayat mengutip data lapangan tahun 2009 yang menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan enam kali luas lapangan bola hutan setiap menit, dan sekitar 70 persen kawasan hutannya berada dalam kondisi kritis.
Menurutnya, kerusakan ekologis tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga memengaruhi kelangsungan budaya serta ruang spiritual komunitas adat.
Makna Alam sebagai Ruang Sakral
Dua narasumber dihadirkan untuk memberikan pandangan dari berbagai perspektif. Budayawan sekaligus Penghayat Kepercayaan Parmalim, Monang Naipospos, memaparkan bahwa bagi komunitas adat, alam merupakan ruang sakral yang menopang identitas, nilai, dan keyakinan mereka. Ia menilai bahwa kerusakan hutan telah menggerus ruang hidup dan ruang spiritual komunitas adat secara signifikan.
Sementara itu, Pastor Alexander Silaen, Direktur JPIC Kapusin Medan periode 2019–2024, menyoroti bahwa krisis ekologi yang terjadi saat ini merupakan refleksi dari krisis moral manusia. “Alam tidak merusak dirinya sendiri, tetapi manusialah yang merusaknya,” ujarnya. Ia mendorong perlunya pertobatan ekologis, yakni cara pandang yang memosisikan alam sebagai subjek dan saudara sesama ciptaan.
Expo Kebinekaan dan Ruang Refleksi
Rangkaian kegiatan dilengkapi dengan Expo Kebinekaan yang menampilkan poster ilmiah karya mahasiswa dan dokumentasi foto terkait isu kebebasan beragama, hak asasi manusia, serta berbagai kasus ekologis yang berdampak pada komunitas adat. Melalui karya visual ini, mahasiswa diajak menerjemahkan teori kebudayaan ke dalam pembacaan kritis tentang relasi manusia, alam, dan kepercayaan.
Poster terbaik diberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi atas ketajaman analisis dan kreativitas mahasiswa. Selain itu, disediakan pula Pohon Harapan, wadah bagi mahasiswa menuliskan aspirasi mereka mengenai masa depan Indonesia yang lebih damai, lestari, dan adil.
Penguatan Perspektif Ekologi dan Budaya
Kegiatan ini memperkaya pemahaman mahasiswa mengenai keterhubungan antara budaya, lingkungan, dan spiritualitas. Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed menegaskan komitmennya untuk menghadirkan pembelajaran yang kritis, kontekstual, dan relevan dengan isu-isu aktual.
Melalui kuliah umum dan expo tersebut, kampus juga menunjukkan perannya sebagai ruang dialog multikultural yang mempertemukan perspektif akademik dengan pengalaman komunitas adat dan lembaga keagamaan dalam menghadapi tantangan ekologis dan isu kebebasan berkeyakinan di Indonesia. (FA)


0 Komentar