Breaking News

6/recent/ticker-posts

Lebih Dari 100 Hari Menjabat Bupati Batu Bara "Kontroversi" di Tengah Masyarakat Sudah Bermunculan

Tarunaglobalnews.com Batu Bara — Lebih dari 100 hari sejak pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Baharudin-Syafrizal, dilantik untuk masa jabatan 2025-2030. Namun alih-alih euforia, suasana justru diwarnai tanda tanya. 

Kontroversi bermunculan, terutama setelah delapan kepala OPD hanya diangkat sebagai pelaksana harian (Plh), tiga di antaranya mengundurkan diri, dan tiga OPD lainnya dinonaktifkan dengan dalih pemeriksaan Inspektorat.

Namun, di balik dinamika politik birokrasi ini, ada suara yang lebih lirih dan mendesak, suara dari anak-anak Lima Puluh yang menggantungkan harapannya pada masa depan pendidikan. Di kecamatan ini, setiap tahun sekitar 1.700 hingga 2.000 siswa tamat dari jenjang SLTP. Tapi apa daya, hanya dua sekolah SLTA negeri yang tersedia-dengan daya tampung tak lebih dari 600 siswa.

Saya ingin anak saya sekolah dekat rumah. Tapi karena penuh, kami harus kirim ke Indrapura. Ongkosnya Rp 20.000 per hari, kadang kami tak mampu, tutur Siti, seorang ibu rumah tangga di Lima Puluh, dengan mata berkaca-kaca.

Keterbatasan sekolah menengah atas memaksa sebagian besar siswa melanjutkan ke luar kota-ke Air Putih, Kisaran, bahkan ke Perdagangan di Simalungun. Tak sedikit dari mereka akhirnya memilih berhenti sekolah. Impian mereka kandas, bukan karena kurang semangat, tapi karena jarak dan ongkos yang tak terjangkau.

Ironisnya, hanya 7 kilometer dari pusat Ibu Kota Batu Bara di Lima Puluh, terdapat proyek raksasa bernama Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke, salah satu Proyek Strategis Nasional yang diharapkan membuka ribuan lapangan pekerjaan.

Sayangnya, harapan anak-anak Batu Bara untuk bisa bekerja di KEK bisa jadi hanya akan jadi mimpi jika mereka tidak memiliki bekal pendidikan dan keterampilan yang sesuai.

Di sinilah peran nyata seorang Bupati dibutuhkan, bukan hanya di panggung politik, tetapi di ruang kelas, di rumah-rumah sederhana, dan di hati para orang tua yang ingin masa depan lebih baik untuk anaknya.

Pemkab Batu Bara perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) lokal melalui pelatihan dan pendidikan yang relevan sesuai dengan kebutuhan industri di KEK Sei Mangkai, Pemkab perlu memastikan bahwa infrastruktur pendukung seperti jalan, listrik, air, dan fasilitas umum lainnya memadai untuk mendukung kegiatan ekonomi di KEK dan Pemkab Batu Bara dapat membangun fasilitas pendidikan dan membangun Pendidikan Baru.

Seperti STM, SMK dan SLTA setara terkhusus di Ibu Kota Batu Bara di Lima Puluh Kota yang berjarak hanya 7 Km saja antara Simalungun dan Kabupaten Batu Bara, dan juga nantinya alumni alumni SLTA setara ini nantinya Pemkab Batu Bara membuatkan pelatihan yang relevan sesuai dengan kebutuhan industri di KEK, sehingga masyarakat lokal dapat memiliki keterampilan yang dibutuhkan.

Kemudian, Pemkab Batu Bara dapat menjalin kemitraan dengan investor yang akan beroperasi di KEK Sei Mangkei untuk memastikan bahwa mereka dapat menyerap tenaga kerja lokal, Pemkab Batu Bara dapat mengembangkan ekonomi lokal dengan mempromosikan produk-produk lokal seperti UMKM guna meningkatkan akses ke pasar Nasional bahkan Mancanegara

Selanjutnya, Pemkab Batu Bara perlu melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap dampak KEK Sei Mangkei terhadap masyarakat lokal dan lingkungan sekitar.

Tentu tak mudah, namun bukankah inilah esensi dari kepemimpinan? Mengubah tantangan menjadi peluang. Membangun dari akar. Menjawab mimpi sederhana seorang anak di Lima Puluh yang hanya ingin sekolah dekat rumah.

Kami tidak minta banyak. Cukup sekolah, cukup harapan, cukup perhatian dari pemimpin yang kami pilih, ujar Budi, guru di salah satu SMP negeri di Lima Puluh.

Kini, tugas berat menanti Baharudin-Syafrizal. Bukan hanya menyusun program, tapi membuktikan bahwa anak-anak Batu Bara tak akan jadi penonton di tanah sendiri, bahwa mereka punya tempat di KEK Sei Mangkei, dan mimpi mereka layak diperjuangkan. (HP)

Posting Komentar

0 Komentar